ISU KONSERVASI AIR PERLU TERUS DIMUNCULKAN
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Isu mengenai konservasi air perlu terus dimunculkan sebagai pembahasan utama di berbagai forum publik untuk menjaga keberlanjutan persediaan air di Indonesia. Hal ini diungkapkan sosiolog Universitas Gadjah Mada Arie Sujito.
"Bagaimana konservasi air ini bisa menjadi isu publik secara meluas, sebab hingga saat ini air belum banyak dianggap sebagai isu yang menarik," kata Arie dalam diskusi bertajuk "Komersialisasi Air dan Hak Rakyat atas Air" di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (10/2).
Menurut dia, isu mengenai konservasi sumber daya air masih kerap dinomorduakan. Padahal, persediaan air masyarakat saat ini tengah menghadapi ancaman serius karena maraknya upaya privatisasi air oleh perusahaan air minum swasta, serta banyaknya pembangunan hotel yang menyedot sumber air tanah untuk kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
"Bahkan di setiap momentum kampanye Pilkada, pembicaraan soal air belum dianggap seksi oleh setiap calon kepala daerah," kata dia.
Praktik eksploitasi sumber daya air yang marak dilakukan akhir-akhir ini, menurut dia, bukan hanya menyebabkan kerentanan persoalan lingkungan, kesehatan, serta lingkungan, namun juga dapat menjadi pemicu konflik horizontal antar masyarakat.
Direktur Amarta Institute for Water Literacy Nila Ardhianie mengatakan berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan lembaganya selama 2015, insdustri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia, 76 persen di antaranya telah dikuasai oleh perusahaan luar negeri, sedangkan 24 persen adalah perusahaan nasional.
Sementara itu, menurut dia, di sisi lain peran layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga belum optimal, sebab sampai saat ini masih banyak wilayah rawan air yang sulit terjangkau pipa PDAM.
"Akses air perpipaan PDAM masih minim, paling bagus hanya mencapai 55 persen," kata Nila merujuk hasil penelitiannya.
Menurut dia, bagi perusahaan swasta dari luar negeri, bisnis air kemasan di Indonesia masih cukup menarik mengingat jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar. Apalagi, bisnis tersebut memiliki potensi keuntungan yang besar dengan biaya atau modal yang cukup rendah. "Semua perusahaan air paham mengenai potensi bisnis di Indonesia," kata dia.
Sumber : Antara
Tinggalkan Komentar