AIR TANAH DAN ISI ULANG BANYAK YANG TAK PENUHI SYARAT
KOMPAS/PRIYOMBODOAmir, warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, Kamis (7/1). Kondisi air tanah di Jakarta sudah tidak memenuhi standar kualitas air minum yang disyaratkan pemerintah. Berdasarkan Data Dinas Tata Air DKI Jakarta, pemakaian air tanah oleh warga Jakarta mencapai 8,8 juta meter kubik pada tahun 2014.
Pada tahun 2015, Puskesmas Cengkareng mengadakan uji laboratorium terhadap air minum yang dijual di depot pengisian ulang. Ada 44 sampel yang diambil dari enam kelurahan. Hasilnya, sebanyak 16 sampel memenuhi syarat untuk diminum. Adapun 28 sampel lain tidak memenuhi syarat karena mengandung bakteri coliform. Bakteri yang biasanya terdapat pada tinja itu merupakan salah satu penyebab diare.
"Penyebab air terkontaminasi bakteri coliform beragam. Bisa jadi alat penyaring kotor atau sumber air tercemar," kata Maryati, Kepala Puskesmas Cengkareng, Kamis (7/1).
Setelah uji laboratorium, Puskesmas Cengkareng melakukan pembinaan kepada para pengusaha air minum isi ulang. Mereka diminta meningkatkan kebersihan dalam pengemasan air minum isi ulang. Uji laboratorium akan diulang untuk memastikan air minum yang dijual kepada konsumen benar-benar aman dan sehat.
Tahun lalu, Maryati mengklaim tidak ada lonjakan jumlah pasien diare di Puskesmas Cengkareng. Penderita diare yang ada pun masih dalam tahap diare ringan. "Pada tahun 2014 ada 12.388 pasien diare. Pada 2015 peningkatannya tidak terlalu banyak. Kejadian luar biasa juga tidak ada," ujarnya.
Sebelumnya, Balai Konservasi Air Tanah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, kualitas air tanah di DKI Jakarta semakin kritis. Berdasarkan pemantauan air
JAKARTA, KOMPAS — Selain menemukan kualitas air tanah di Rusunawa Daan Mogot, Jakarta Barat, tak memenuhi syarat kesehatan, Puskesmas Cengkareng juga menemukan sampel air minum isi ulang yang mengandung bakteri berbahaya
di cekungan air tanah (CAT), air tanah di beberapa lokasi seperti di Cengkareng mengandung garam, zat besi, mangan, dan kapur yang tinggi. Meski kualitas air tanah rendah, banyak warga yang masih menggantungkan air bersih dari tanah. Hal itu lantaran air perpipaan belum bisa menjangkau seluruh kawasan di DKI Jakarta.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengaku belum mendapat laporan hasil survei yang menyebut sebagian air tanah di wilayah Kota Depok sudah tak memenuhi syarat kesehatan. Pihaknya sangat terbuka dengan informasi dan data itu dalam rangka perbaikan sanitasi Kota Depok.
Kalau survei itu benar, ia akan segera memantau wilayahnya serta melakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas air. "Komitmen kami memperbaiki dan meningkatkan kualitas sanitasi di Depok sangat serius," katanya.
Sejauh ini, kata Nur Mahmudi, laporan yang diterima dari berbagai pihak menunjukkan bahwa kualitas air tanah dan udara di Depok masih sangat bagus. Ia menduga, survei dilaksanakan pada musim kemarau panjang tahun lalu. Kalau itu yang terjadi, kemungkinan hasilnya buruk karena volume air tanah sangat terbatas.
"Namun, kami tidak mendapat laporan adanya peningkatan jumlah warga yang sakit akibat kualitas air yang buruk," kata Nur Mahmudi.
Memasuki musim hujan ini, demikian kata Wali Kota Depok, ia berharap warga Depok benar-benar tidak membuang sampah di saluran air, sungai, atau danau. Ia juga meminta para pengembang dan pemilik bangunan komersial mematuhi aturan dengan membuat sumur resapan untuk menyimpan air tanah.
8 Januari 2016
Sumber : http://print.kompas.com/baca/2016/01/08/Air-Tanah-dan-Isi-Ulang-Banyak-yang-Tak-Penuhi-Sya
Tinggalkan Komentar